Seorang gadis kecil mengambil sebuah buku di rak. Dalam sebuah perpustakaan kecil di sudut warung kopi. Meninggalkan ayah dan ibunya yang sibuk bermain gadget.
Gadis kecil itu memegang erat bukunya. Mulai membacanya dengan tenang. Sekelilingnya mengumpat tak ragu, sinis mata mereka jelas tertuju padanya. Ia hanya menghela nafasnya sesekali. Namun umpatan semakin menghujam. Sabar tak lagi bisa di bendung. Tiba-tiba, tanpa ragu sang gadis kecil berteriak "IQRA!". Berlalulah halayak tadi, mulai mengambil buku pilihanya masing-masing di rak. Mereka mulai membaca tak lagi menghiraukan gadis kecil tadi. Hening, Mereka benar-benar serius membaca setiap lembar.
Gadis kecil itu memegang erat bukunya. Mulai membacanya dengan tenang. Sekelilingnya mengumpat tak ragu, sinis mata mereka jelas tertuju padanya. Ia hanya menghela nafasnya sesekali. Namun umpatan semakin menghujam. Sabar tak lagi bisa di bendung. Tiba-tiba, tanpa ragu sang gadis kecil berteriak "IQRA!". Berlalulah halayak tadi, mulai mengambil buku pilihanya masing-masing di rak. Mereka mulai membaca tak lagi menghiraukan gadis kecil tadi. Hening, Mereka benar-benar serius membaca setiap lembar.
Kala malam, Remaja itu dengan serius mendengar bait lagu Sisir tanah, sambil memutar-mutar gelas kopinya di sebuah warung kopi kecil. Lampu sengaja di matikan, hanya suara dan petikan gitar yang terdengar.
Raut mukanya sontak berubah, seakan ada kemarahan yang tertahan. Ia makin gelisah, sesekali ia teguk kopi dengan gemetar. Sayang, pikiranya sudah melayang jauh, terkenang jengkal demi jengkal peristiwa penggusuran yang dulu ia rasakan. Bait demi bait itu menguliti cerita dengan perlahan. Teriakan itu seakan nyata, memanggil-manggil, padahal hanya dalam hayal. Mata sang remaja kini memerah. Ia gigit bibirnya agar mata itu tak mengeluarkan air. Bibirnya mulai gemetar sembari mengikuti bait lagu dengan pelan, dengan lirih, dengan air mata yang akhirnya tak terbendung .
"Dan harus berani, harus berani
Jika orang-orang serakah datang, Harus dihadang.
Harus berani, harus berani
Jika orang-orang itu menyakiti
Harus bersatu menghadapi .... "
Kini remaja itu larut dalam bait demi bait sang pemusik. Dengan perlahan mengantarkan pada nostalgia buram kehidupannya.