Dia MUNIR
Bersuara lantang, membela yang ia anggap harus di bela.
Tak peduli berbeda, agama, ras, suku atau apapun perbedaan.
Berdiri di depan dan tegak menantang, dengan mengatas namakan kemanusiaan
cak munir itulah dia.
Tak peduli berbeda, agama, ras, suku atau apapun perbedaan.
Berdiri di depan dan tegak menantang, dengan mengatas namakan kemanusiaan
cak munir itulah dia.
Tak peduli senapan, diculik, ataupun di desak, nyali dan optimis mengalir deras untuk sesama
demi kalimat “ tegaknya HAM di Indonesia “.
Sebagian tau, ia orang benar dan seorang pahlawan bagi sesama yang ia bela.
Namun mau di kata apa, segelintir anjing-anjing busuk tak suka suara lantangnya.
Menganggap provokator pemicu semangat kalangan bawah .
Di cari bahkan di kejar mereka yang berbaju hitam di malam atau siang hari.
Namun tak surut langkah tuk tegakan apa yang ia mau tegakkan.
Dia cak munir, si arab dari kota malang.
Mencari orang yang di hilangkan, dibunuh ataupun di siksa.
Menggerogoti para pelaku pelanggar HAM, membuat mereka takut,
mungkin itu alasan, alasan kenapa ia berbahaya. Berbahaya bagi para anjing-anjing busuk.
Iapun pergi meninggalkan kita, pergi pada ilahi, di atas negeri
penjajah kita, belanda.
Niat menuntut ilmu di negeri kincir, ternyata itu pesan terakhir.
Di atas awan ia mengembuskan semangat perjuangan, bukan karena tuhan,
tapi anjing-anjing busuk itu yang meracuni dengan zat arsetik, menusuk tubuh
membakar jiwa, mederitakan jasad dan akhirnya memejamkan matanya.
Hari itu Indonesia kehilangan LAGI sosok pejuang !!
Berdoa, agar ibu kita lahirkan kembali anak-anak pejuang, agar mati satu tumbuh seribu
mati 1 bernama Munir lahir 1000 pejuang setipikal munir, berharaplah.
Ketika ia pergi, ribuan air mata tumpah ruah, emosi membara pada siapa pelakunya.
Keadilan selalu berharap bagi kita penerus, adili adili dan adili mereka yang kita anggap anjing busuk, tak peduli siapapun adili dan adili.
Niat menuntut ilmu di negeri kincir, ternyata itu pesan terakhir.
Di atas awan ia mengembuskan semangat perjuangan, bukan karena tuhan,
tapi anjing-anjing busuk itu yang meracuni dengan zat arsetik, menusuk tubuh
membakar jiwa, mederitakan jasad dan akhirnya memejamkan matanya.
Hari itu Indonesia kehilangan LAGI sosok pejuang !!
Berdoa, agar ibu kita lahirkan kembali anak-anak pejuang, agar mati satu tumbuh seribu
mati 1 bernama Munir lahir 1000 pejuang setipikal munir, berharaplah.
Ketika ia pergi, ribuan air mata tumpah ruah, emosi membara pada siapa pelakunya.
Keadilan selalu berharap bagi kita penerus, adili adili dan adili mereka yang kita anggap anjing busuk, tak peduli siapapun adili dan adili.
Kini penerus jangan lesuh dan lunglai. Lanjutkan estapet
perjuangan, bukan hanya diam
bukan hanya marah, tapi berfikir
Jangan tenggelamkan rasa berani dengan mengumpat di balik sisi ketakutan. Lawan mereka yang menyiksa sesama, kejar jika mereka lari, lawan jika mereka melawan, bertempur jika mereka inginkan perang, itulah tongkat estapet para penerus.
bukan hanya marah, tapi berfikir
Jangan tenggelamkan rasa berani dengan mengumpat di balik sisi ketakutan. Lawan mereka yang menyiksa sesama, kejar jika mereka lari, lawan jika mereka melawan, bertempur jika mereka inginkan perang, itulah tongkat estapet para penerus.
Cak Munir tersenyum,
tersenyum lebar untuk para pembunuh. Ia mati bukan redamkan pemicu, sebuah
stimulus tajam menghujam semua hati kala ia pamit bangkitkan semangat bukan
meredamnya. Kasihan para anjing busuk, redamkan 1 pemberani lahirkan jutaan
pemberani.
Mungkin para anjing panik, mereka mungkin gundah dengan apa yang mereka lakukan, berniat meredam malah membangkitkan. Suara-suara penerus sudah lantang teriakan nada seirama dengan cak Munir. Junjung tinggi kemanusian dan peduli sesama. Mulai mengejar sang pembunuh seorang aktivis HAM yang menjadi sosok sentral membongkar kasus-kasus pelanggaran HAM .
Tersenyumlah disana. Di sini langkah, keberanian, semangat perjuangan orang yang bernama Munir sudah berlipat ganda, terus berlipat lipat hingga tak terhitung. Jangan resah dan takut kami redup bahkan hilang, TIDAK!! pelecut kami sudah tercambut keras di tubuh kami itu terus seirama dengan perjuangan dan cita cita besar seorang yang bernama Munir.
Mungkin para anjing panik, mereka mungkin gundah dengan apa yang mereka lakukan, berniat meredam malah membangkitkan. Suara-suara penerus sudah lantang teriakan nada seirama dengan cak Munir. Junjung tinggi kemanusian dan peduli sesama. Mulai mengejar sang pembunuh seorang aktivis HAM yang menjadi sosok sentral membongkar kasus-kasus pelanggaran HAM .
Tersenyumlah disana. Di sini langkah, keberanian, semangat perjuangan orang yang bernama Munir sudah berlipat ganda, terus berlipat lipat hingga tak terhitung. Jangan resah dan takut kami redup bahkan hilang, TIDAK!! pelecut kami sudah tercambut keras di tubuh kami itu terus seirama dengan perjuangan dan cita cita besar seorang yang bernama Munir.